good choices, bad choices, grown-up, whatever – ini judulnya titik


jadi hari ini  hujan turun, di samping saya segelas kopi, di depan saya laptop menyala, lalu tiba-tiba, bam! saya duduk memikirkan hidup saya a few years back.
nothing much changed.
selain saya sedang menempuh pendidikan magister, master, whatever they call it.
yang pasti berbeda adalah orang-orang baru yang saya temui.

lingkungan tempat tinggal  yang berbeda.
tantangan baru.

hanya saja kisah yang sama, dengan pemeran berbeda. kira-kira begitu jika saya disuruh memaparkan sinopsisnya.
----------
saya pikir semakin saya dewasa, langkah-langkah yang saya ambil akan mudah, ya karena begitulah, kita tumbuh dengan melihat orang dewasa pahlawan kita.

saat kita terjatuh, ada ayah yang akan menggendong kita dan mengatakan semua baik-baik saja.
saat kita sakit, ibu membuatkan bubur pandan beraroma khas kasih sayangnya.
kita punya saudara ataupun saudari untuk menertawakan hal bersama.

nyatanya yang saya alami itu di masa kecil. Bagi anak rantauan seperti saya hidup tumbuh jauh dari keluaga, membuat saya kehilangan momen-momen itu pada masa transisi.

tumbuh jauh dan belajar menjadi dewasa. hingga sekarang masih belajar. tapi menjadi dewasa tidak semudah itu, contohnya, bukan hal mudah menjadi sosok yang harus mandiri.

bertemu orang-orang – tidak mudah;   menemukan teman hingga kekasih mengajarkan begitu banyak hal. (kau bisa saja salah menentukan pilihan, but honey believe me there’s no undo button in life)

yang saya tahu pada saat ini: menjadi dewasa bukan hal mudah. menentukan pilihan sebagai manusia dewasa butuh mempertimbangkan logika, dan perasaan.
------
ketika kecil bagi saya rasanya perasaan memainkan peran besar dalam menentukan hampir semua pilihan keputusan dalam hidup.
mainan ini terlihat lebih menarik dibanding mainan di sebelahnya..
doll house is a match with barbie, but car  toys better than that pink barbie anyway.
------

nyatanya ketika tumbuh dewasa, segala pilihan yang saya ambil adalah konspirasi politik antara logika dan perasaan. landasan filosofis segala tindakan: moral. bukan lagi mengenai warna yang menarik atau suara yang memukau seperti saat memilih mainan.

menentukan pendidikan selanjutnya, menentukan pasangan yang diajak ke resepsi, memilih teman yang nyata dan yang tidak, bahkan memilih seseorang untuk diajak ke jenjang serius. lihat ini semua dari hal terkecil hingga terbesar butuh konspirasi dua hal tersebut di atas.
------
being a grown-up is hella all bout fuck up choices – literally fuck up. grown up world is full with ups and downs.  sometimes you met fake friends, you keep them, you forgot about your real friends out there.
sometimes you coupled with a dickhead, you love them, you ignored people that  loves you.
sometime we make good choices, sometimes we realize, sometimes were not.
logic play it part, but sure as a grown-up we forget feeling sometimes played its role disguise itself as logic.

but the in the end, all people said to follow your brain, listen to your heart, it keep you far away from bad choices (hell how I’m supposed to balance them both – if you ask me now I don’t have the answer too). well I don’t know the criteria for bad choices – good choices, but we will just know somehow, everyone has a different measurement, though mine is weird.


alright back to the topic, what i mean is,
yang saya maksud adalah sebagai orang dewasa, life wouldn’t always go easy on you. hidup itu memang ditakdirkan nampaknya punya kemiripan dengan skenario seperti dalam film, yang artinya; ada awal, klimaks, anti klimaks, tapiiii, jangan berharap pada happy ending, no no no. jelas kita hidup di dunia nyata bukan layar hijau editan CGI canggih milik studio hollywood.


dan saya sebagai orang yang (supposed to be, must be, should be) dewasa ditakdirkan mengambil pilihan-pilihan logis, terlepas ada tidaknya dukungan seseorang, melepaskan hal yang berbau perasaan terlalu dalam, menghindari menyakiti hati orang lain. why?  karena perasaan kita kadangkala dikalahkan logika orang banyak dan kewajiban menjaga perasaan orang banyak, that’s why yang berbau perasaan lebih banyak dilepaskan ketika dewasa.

----
dan dunia dengan segala dilema dan kebahagiaannya, harus saya hadapi mau tidak mau, sakit atau tidaknya.
saya tidak pernah dan memang tidak mengharapkan happy ending. saya hanya berharap saya pada akhirnya akan bisa berucap syukur no matter what happens dan jika saya menengok ke belakang a few years back once again, saya berharap saya tidak menyesali apapun pilihan yang saya ambil, dahulu, kini atau nanti and i hope to keep improve myself towards better life with my weird measurement.


semoga saja, ya semoga saja…
--------------
fyi yaaaang cukup panjang:
tulisan ini tidak dimaksudkan sebagai panduan orang dewasa.
 tulisan ini tidak dimaksudkan sebagai tulisan insprasional dengan judul how to get your life back on track.
tulisan ini bukan sindiran bagi siapapun juga.
tulisan ini bisa menyebabkan anda berpikir: damn is life as a grown up that bad? or hell no i love my life dude.
tulisan ini menyebabkan saya berpikir: whatever dude, also who even read this trash note blog whatever crappy shit of my writings.
well its okay dude, just get up, smoke whatever you smoke, drink whatever  you had on your hand now, and keep living this life, even though life kick you right in your butt.

*inhale good shit, exhale bad shit.
*ciao amigo…


---- orang dewasa yang entah sedang mabuk apa. 9: 07 pm, 29/6/2016. btv.



Comments

Popular posts from this blog

mari bercerita tentang apa saja #1

diantara dua malam dan empat kalimat harapan penuh doa

segalanya kamu