Posts

Showing posts from June, 2016

good choices, bad choices, grown-up, whatever – ini judulnya titik

jadi hari ini  hujan turun, di samping saya segelas kopi, di depan saya laptop menyala, lalu tiba-tiba, bam! saya duduk memikirkan hidup saya a few years back. nothing much changed. selain saya sedang menempuh pendidikan magister, master, whatever they call it. yang pasti berbeda adalah orang-orang baru yang saya temui. lingkungan tempat tinggal  yang berbeda. tantangan baru. hanya saja kisah yang sama, dengan pemeran berbeda. kira-kira begitu jika saya disuruh memaparkan sinopsisnya. ---------- saya pikir semakin saya dewasa, langkah-langkah yang saya ambil akan mudah, ya karena begitulah, kita tumbuh dengan melihat orang dewasa pahlawan kita. saat kita terjatuh, ada ayah yang akan menggendong kita dan mengatakan semua baik-baik saja. saat kita sakit, ibu membuatkan bubur pandan beraroma khas kasih sayangnya. kita punya saudara ataupun saudari untuk menertawakan hal bersama. nyatanya yang saya alami itu di masa kecil. Bagi anak rantauan seperti saya

tawakal

Image
karena sebagai manusia aku belajar.bahwa apa yang jadi jalan hidupku dan harapanku berserah pada rencanamu tuhan.

maaf

maaf

rihaku : memberi ruang untuk [surat surat untuk hati #5]

sayang... banyak orang di luar sana mendesak-desak kekasihnya. memaksa saling bercumbu di tengah gelap malam.di antara sesak sempit dinding, mereka bersesak-sesak memaksakan ingin menyatu bagai kasur dan dipan. sempit terhimpit sayang... banyak orang di luar sana berlesatan, lari-lari kecil menjadi panjang, mengejar harapan ataupun ilusi akan adanya harapan. mereka memaksa masuk lewat jalan apapun yang mereka bisa. tertatih-tatih /// tapi sayang, mereka lupa memberi waktu, memberi ruang. kadangkala sepi memang butuh sendiri. sendiri merenungkan kesalahan-kesalahan. sendiri menikmati harapan-harapan. mungkin kita hanya lelah menginginkan hal-hal yang ada pada dunia.menggoda.merajam sendi-sendi hati. ini yang aku lakukan kini sayang, aku dan diriku sendiri, menikmati kesepian, kerinduan, harapan-harapan. apa saja agar aku tidak ingin segera mati atau bunuh diri.seperti yang mereka bilang: menulislah dan jangan bunuh diri. //// sebentar ... biarkan aku matikan d

aku bukan pilihan

rasanya aku kini paham dia sudah tahu pilihannya.... dari awal memang bukan aku aku ini hanya sekedar pengisi kekosongan waktu yang singkat takkan mungkin membuatmu jatuh cinta padaku jelas ku bukan pilihan sementara aku sedari awal memang tak pernah terpikir memintamu tinggal aku sadar, terlalu takut menyatakan keinginanku untuk memilikimu kamu sudah punya istana kamu sudah punya sang ratu dan sang putri walau hanya sejenak aku bersyukur menikmati waktuku aku tak pernah menginginkan kemewahan yang kau beri pada mereka sedikit dari yang kau beri, cukup, kusyukuri itu semua hei, terimakasih untuk semuanya. bahagialah kau pantas berbahagia. 4:21 am masih yang sama,

rabu abu berdebu [yang berbeda]

mataku tak lagi memandangmu di sudut lain gaia. telingaku tak lagi mendengar suaramu syahdu, merdu. bibirku tak lagi mengucapkan kalimat-kalimat pengahantar tidur. entah dimana letakmu. Halo... Aku ... Rindu... Rindu... Yang..; tak berbalas - tak bersuara - tak berpandang - tak berasa sama. aku terdiam, bagaimana ini? aku dan bagian terdalamku. yang mereka kenal sebagai LUBUK. saling bertanya dan menjerit sendiri. pilu yang memekik. apakah besok aku akan bangun dan merasakan kehampaan yang sama.lagi  lagi lagi. [maafkan aku dan rinduku, mereka menyerang dengan kejam dan tanpa ampun.] seseorang begitu berarti di rabu yang lalu. tapi tidak hari ini dia hanya rabu yang abu dan berbedu. - batavia kemarin, hari ni dan mungkin esok hari, di sudut rindu mencoba menata hati. 2:18 am yang terasa panjang. sial!

candu rindu

jika kerinduan adalah pemicu candu. maka biarkanlah aku menjadi candu. apalah dayaku. biarkan kerinduan ini menyiksaku, atau membuatku ‘terbunuh’ tidak ada yang mampu berkata tidak pada rindu. seperti kini aku. apalah dayaku? biarkan rindu memasuki tubuhku. membisikkan-nya pada jiwaku. biarkan rindu memasuki sel darahku, membius syarafku. jika rindu adalah morfin. maka biarkan sayang. biarkan aku terbius dan koma. jika rindu adalah adrenalin. biarkan darah terpompa pada jantungku. aku sekarat sayang. aku tersiksa rindu. jika saja aku mampu menyampaikan rasa rindu ini mungkin semua mudah, tapi tidak tanganku kelu. Bibir terpagut diam. aku sanksi kau merasakan yang sama. jika rindu ini adalah penjara, maka aku tahanan yang dihukum untuk selamanya. tapi biarlah mungkin tuhan sedang menghitung-hitung seberapa besar aku mampu menahan, seberapa kuat aku. biarkan rindu ini membunuhku, lalu jiwaku mati dalam diam. biarkan rindu ini